KEDIRI, MADU TV – Puluhan penyandang disabilitas tuna wicara menunjukkan semangat luar biasa dalam mengejar ilmu agama di Bulan Ramadhan. Meskipun dihadapkan pada berbagai keterbatasan, mereka tetap gigih belajar mengaji Al-Quran dengan menggunakan bahasa isyarat. Di tengah kepedulian Rumah Quran Sahabat Tuli yang berlokasi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, para penyandang disabilitas ini membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menghalangi niat suci mereka untuk memperdalam pemahaman agama.
Puluhan penyandang disabilitas tuna wicara berkumpul di Rumah Quran Sahabat Tuli yang berada di Perumahan Kilisuci Lavender, Desa Wonojoyo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Mereka, meski dengan keterbatasan yang dimiliki, dengan tekun mengikuti pembelajaran mengaji Al-Quran menggunakan bahasa isyarat sepanjang bulan suci Ramadhan.
Setiap peserta mengaji sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Saat ini, sebanyak 30 penyandang disabilitas aktif dalam program pembelajaran ini. Anak-anak penyandang disabilitas tuna rungu, misalnya, belajar mengenal huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan bahasa isyarat. Sementara itu, di tingkat remaja dan dewasa, mereka sudah mampu membaca Al-Quran dengan lancar menggunakan bahasa isyarat dan gerakan bibir.
Usai proses belajar, mereka juga menjalani ujian membaca Al-Quran di depan guru pembimbing, yang juga merupakan penyandang disabilitas. Ujian ini menjadi tolak ukur untuk menentukan apakah mereka siap naik kelas atau belum.
Styven Waghaner, salah satu peserta, menyatakan kebahagiannya bisa mengaji meski dengan kesulitan yang dihadapi. Begitu juga dengan Nia Ramadhani, peserta lainnya, yang menegaskan bahwa meskipun harus melakukannya secara perlahan dan berulang-ulang, mereka tetap antusias belajar, karena hal ini dianggap sebagai bekal penting untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Guru pengajar bahasa isyarat, Maskurun, yang juga penyandang disabilitas tuna rungu, mengakui bahwa mengajar mengaji kepada penyandang disabilitas membutuhkan kesabaran ekstra. Namun, dengan metode yang dirumuskannya sendiri, yakni menggunakan bahasa Indonesia untuk bacaan Arab yang kemudian diisyaratkan dengan gerakan bahasa isyarat Indonesia, proses pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami oleh para peserta.
Dukungan dari Kementerian Agama yang merubah Mushaf Al-Quran menjadi Al-Quro Mushaf Isyarat juga menjadi dorongan bagi para penyandang disabilitas untuk lebih mudah memahami isi Al-Quran.
Dengan semangat dan ketekunan yang mereka tunjukkan, para penyandang disabilitas tuna rungu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, telah membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika niat tulus untuk belajar mengaji. Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk terus mendukung inklusi pendidikan bagi penyandang disabilitas.
Wartawan : Efendi Muhtar | Editor : Riaza Romy