Mushola Gantung Saksi Bisu Penyebaran Islam di Kota Blitar

231

uno peninggalan prajurit Diponegoro untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah tersebut. Bangunan yang terlihat menggantung dan tidak bersinggungan langsung dengan tanah ini memiliki konstruksi dari kayu jati serta anyaman bambu yang masih terjaga hingga saat ini.

Terletak di Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, mushola atau langgar An-Nuur menjadi salah satu titik dan saksi penting dalam sejarah penyebaran Islam di kota ini. Mushola gantung ini dibangun pada tahun 1826-1830 oleh Mbah Iro Dikoro, salah satu prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke Blitar pasca perang di Pulau Jawa.

Konstruksi bangunan mushola yang terbuat dari kayu jati dan anyaman bambu masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Bahkan, plafon yang sempat rusak telah diperbaiki dengan anyaman bambu seperti semula. Selain menjadi tempat ibadah, mushola ini juga menjadi tempat studi Islam yang ramai dikunjungi.

Filosofi dari mushola gantung ini adalah karena pada saat pembangunan, wilayah Plosokerep masih berupa hutan dengan banyak binatang buas berkeliaran. Dengan bangunan yang menggantung, tujuannya adalah agar masyarakat yang beribadah bisa terhindar dari gangguan binatang buas.

Menurut Isman Hadi, Ketua Takmir Mushola An-Nuur, bangunan ini telah direnovasi dua kali, pertama pada tahun 1956 dan yang kedua pada tahun 2000, namun tidak mengubah model dan bentuk bangunan aslinya.