BANYUWANGI, MADUTV – Mata air di lahan milik Susiyono (49), di Dusun Pekiringan, Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, Banyuwangi ternyata memendam segudang misteri. Selain mata air yang tak pernah kering sejak kemunculannya pada 1975, sempat ditemukan benda sejenis keris.
Temuan keris itu disampaikan Susiyono ketika disambangi di rumahnya tak jauh dari lahan bersumber abadi itu. Susiyono mengatakan, adalah sang ibu yang secara tidak sengaja menemukan keris kecil di atas batu tepat di belakang sumber.
Diceritakan olehnya, keris itu ditemukan pada tahun 2018. Ketika sore hari menjelang Maghrib.
“Ditemukan ibu kala itu. Beliau kaget lalu diambilnya dari atas batu tepat di belakang sumber,” katanya, Kamis (10/10/2024).
Setelah penemuan keris kecil dengan gagang berbentuk burung itu kemudian diberikan kepada Susiyono. Ia pun bingung untuk apa keris itu digunakkan.
Karena tak tahu, Susiyono hanya menyimpan keris itu untuk dijadikan koleksi. Tetapi sejumlah tetangga yang paham dengan dunia klenik justru memperlakukan dengan cara berbeda.
“Selama ini saya simpan di rumah, setiap Syuro diberi minyak oleh tetangga yang tahu semacam itu,” imbuhnya.
Setelah penemuan keris itu, tak ada lagi para spiritualis yang biasanya datang berburu benda pusaka. Dan terjadi hingga sekarang.
“Setelah kerisnya ditemukan dikasihkan saya, sampai sekarang sudah tidak pernah ada yang cari-cari pusaka di situ,” kata Susiyono.
Padahal, sebelumanya ramai kunjungan yang berasal dari para spiritualis. Pemburu barang klenik dengan beragam cara.
Susiyono menambahkan, lokasi sumber air dulunya sering dijadikan spot mencari benda pusaka oleh warga. Bau wewangian kemenyan dan sesajen sering ditemui Susiyono kala itu.
“Dulu banyak cok bakal, banyak sajen di situ. Malemnya ternyata banyak orang yang cari gaman,” ujarnya.
Banyaknya orang yang mencari pusaka, sempat membuat ibu Susiyono, Ny Suji merasa khawatir. Ia tidak ingin sumber air yang ada di lahannya jadi tempat syirik seperti itu.
“Emak yang tahu kalau ada sajen-sajen, bilang kalau gaman di tempat itu tidak mau diambil,” jelasnya.
Dirinya pun menceritakan jika dulunya sumber air belum digunakan untuk kebutuhan air bersih warga. Malahan, kerap digunakan untuk tempat bermain anak-anak.
Setelah tahu air yang keluar bersih dan bisa dimanfaatkan, Buamin, almarhum bapak Susiyono kemudian membuat corong air guna mengalirkan air tanah itu menggunakan bambu.
“Dulu masih bambu, sekitar 2010 direnovasi warga. Uangnya iuran, dibuat beli pipa dan semen untuk membuat tangga,” katanya.
Sumber air yang bisa langsung diminum ini, juga tidak luput dari perhatian pabrik air minum besar yang ada di Banyuwangi. Menurut Susiyono, Pabrik air minum Air Gunung Asli (AGA) pernah datang untuk mencoba membeli lahannya tersebut seharga Rp 100 juta.
“Sama bapak tidak boleh dijual, karena memang diperuntukkan untuk warga,” terangnya.
Di awal kepemimpinan Kepala Desa Sumbersari, Khamdan pada 2014, sempat ada proyek yang akan digunakan untuk mengalirkan air dari sumber ke rumah warga.
“Dulu katanya ada rekanan desa, akan dialirkan ke rumah warga tapi bayar perbulan. Warga sini tidak sepakat, akhirnya tidak jadi,” tandasnnya.(Gus)