Sleman – Menjadi korban PHK akibat pandemi Covid 19 tak menjadikan ibu-ibu di Padukuhan Karangmojo, Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, putus asa. Demi kelangsungan hidup mereka merintis usaha pembuatan jamu tradisional. Jumlah produksinya sudah mencapai ratusan botol per hari.
Usaha pembuatan jamu tradisional ini mereka lakukan setelah para ibu korban PHK memperoleh dukungan Kepala Dukuh Karangmojo. Tak mau larut dalam kesedihan usai di PHK, mereka bangkit dengan merintis usaha pembuatan jamu tradisional.
Berawal dari banyaknya tanaman obat keluarga di halaman rumah warga. Setelah sebelumnya pihak Padukuhan menggelar lomba toga, kalangan ibu-ibu pun selanjutnya belajar mengolah hasil toga. Mulai dari jahe, kunir, hingga kencur. Menurutnya, jamu tradisional termasuk salah satu barang yang masyarakat butuhkan di masa pandemi untuk menjaga imunitas tubuh. Upaya tersebut ternyata tidak sia-sia. Hal sejak di rintis pada awal masa pandemi lalu, saat ini, omset produksinya mencapai dua ratus botol per hari.
Saat ini sudah ada empat varian jamu tradisional yang ada. Yaitu beras kencur, kunir asem, empon-empon dan gula asem. Jamu tersebut terjual dengan harga 15 ribu rupiah per botol. Penjualan jamu sudah menjangkau seluruh wilayah di DIY. Sehingga, menjadi sumber penghasilan setelah di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja dulu. (di)