Banyuwangi – Masih teringat saat tingginya kasus Covid-19 di Indonesia, jamu tradisional menjadi buruan masyarakat yang ingin meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bahkan, bahan baku untuk membuat jamu sempat langka dan harganya melambung tinggi. Namun, bagaimana nasib jamu tradisional kini?
Ternyata, jamu tradisional masih eksis hingga sekarang. Meski omzet penjualannya tidak setinggi saat masa pandemi Covid-19, penjual jamu tradisional yang mengalami penurunan hingga dua kali lipat dari masa pandemi tetap bersyukur karena jamu tradisional masih dicari oleh masyarakat.
Salah satu penjual jamu tradisional asal Desa Purwoharjo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, yang bernama Resmi Asih, mengaku bahwa omzet penjualan jamu tradisionalnya mengalami penurunan yang sangat drastis dibandingkan dengan saat masa pandemi Covid-19. Namun, penurunan ini kini terhitung kembali normal seperti sebelum Covid-19 melanda dunia.
Resmi Asih menjelaskan bahwa saat masa pandemi Covid-19, dalam sehari ia dapat menjual hingga 300-400 botol jamu ukuran 600 mililiter yang dipesan dari berbagai daerah, bahkan hingga kabupaten tetangga. Satu botol jamu saat itu dijual dengan harga hanya 6.000 rupiah.
Saat kasus Covid-19 melandai seperti saat ini, Resmi Asih tetap bersyukur karena dalam sehari ia masih dapat menjual sekitar 100 botol jamu tradisional seperti kunir asem, beras kencur, dan jamu lainnya. Untuk bahan baku pembuatan jamu, ia menjelaskan bahwa kebutuhan pokok tidak pernah kekurangan karena sudah memiliki petani langganan.
Asih juga menjelaskan bahwa jamu tradisional yang diwariskan turun temurun, dan dirinya sudah menjadi generasi keempat yang menjalankan usaha ini selama 66 tahun. Ia juga menambahkan bahwa kini membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar delapan bulan, untuk menghabiskan bahan baku pembuatan jamu sebanyak satu ton. Hal ini berbeda dengan masa pandemi Covid-19, di mana satu ton bahan baku jamu dapat habis dalam hitungan satu bulan.
Dalam situasi pascapandemi Covid-19, penjualan jamu tradisional mungkin tidak sebesar saat masa pandemi, namun keberadaan jamu tradisional tetap menjadi pilihan masyarakat dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.