Pengusaha Tahu dan Tempe di Klungkung Bali Tak Ikut Mogok Kerja

250

Bali – Saat para pembuat tahu dan tempe di Jawa memutuskan mogok kerja sebagai bentuk kekecewaan atas mahalnya harga kedelai di pasaran, hal itu tidak berlaku bagi para produsen tahun tempe di Klungkung, Bali. Meski keberatan dengan mahalnya harga kedelai, namun perajin tahu dan tempe di Klungkung tetap berproduksi.

Seperti yang terjadi di sentra pembuatan tahu dan tempe milik warga setempat, Imam Budiarso. Pihaknya tetap memproduksi tahu dan tempe. Daripada mogok kerja, ia lebih memikirkan kondisi para pekerja.

Imam mengaku iba kepada karyawannya apabila harus ikut mogok kerja. Mereka menggantungkan hidup dari usaha ini. Walau harga kedelai mahal, ia mencoba bertahan meski kecewa karena harga tempe mahal. Belum ada hasil nyata dari langkah pemerintah dalam mengendalikan harga kedelai.

Ia menjelaskan, harga kedelai sebenarnya sudah tinggi sejak masa pandemi. Sebelum pandemi, masih banyak dijual kedelai lokal di pasaran. Harganya Rp6.500 per kilogram. Namun, pasca pandemi justru sudah tidak ada kedelai lokal. Sehingga Imam harus menggunakan kedelai impor dari Amerika dan Tiongkok.

Sementara harga kedelai impor fluktiatif dan cenderung terus naik. Saat ini harga di Klungkung, kedelai impor itu Rp11 ribu per kilogram. Harga kedelai yang tinggi membuatnya harus bersiasat seperti pengusaha lainnya. Misal sedikit memperkecil ukuran tahu dan tempe dan menurunkan produksi.

Hal ini juga berdampak ke tenaga kerja. Dari awalnya mereka bekerja full satu hari, imbas penurunan produksi membuat para pekerja hanya bekerja setengah hari. Pihaknya berharap pemerintah bisa segera menstabilkan harga kedelai. (red)