Surabaya – Dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional yang akan berlangsung besok, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, bersama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menggelar acara Jalan Santai di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, pada pagi ini.
Peringatan Hari Santri Nasional di Surabaya ini berlangsung dengan semarak, diikuti oleh sekitar 100 ribu peserta. Terlihat banyak ulama, kiai, pejabat, para santri, hingga masyarakat umum hadir dalam acara ini, menciptakan atmosfer yang penuh semangat dan kebersamaan.
Kegiatan dimulai sejak pukul 05.10 WIB di Jalan Wali Kota Mustajab, Ketabang Kali, Yos Sudarso, hingga Jalan Pemuda Surabaya. Banyak rombongan berjalan menuju lokasi acara di Jalan Gubernur Suryo, yang berakhir di depan Gedung Grahadi.
Rute Jalan Santai dimulai dari Gedung Negara Grahadi, menuju ke arah Jalan Panglima Sudirman, Bambu Runcing, putar balik di Patung Karapan Sapi Basuki Rahmat, berbelok menuju Praban, Jalan Tunjungan, dan finish kembali di Gedung Grahadi.
Sebelum memberangkatkan para peserta, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, mengajak para peserta untuk melantunkan takbir, yang membara semangat peserta.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menyatakan, “Mari memperingati dengan syukur – Jihad Fisabilillah – Jihad Santri Jayakan Negeri. Pokoknya, sampai takbir!”
Jalan Santai kemudian diberangkatkan pada pukul 06:30 WIB. Selain dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, acara ini juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf, dan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Acara ini tidak hanya penuh semangat, tetapi juga diwarnai dengan beragam hadiah yang disiapkan untuk para peserta. Terdapat 60 paket umrah gratis, satu unit mobil, serta hadiah menarik lainnya.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan bahwa Jalan Santai dalam peringatan Hari Santri 2023 menjadi sebuah resolusi jihad untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beliau mengingatkan peserta bahwa Jalan Santai hari ini mengingatkan pada peristiwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, yang kemudian berujung pada Perang Terbuka 10 November di Surabaya. Hal ini memiliki makna yang dalam, sebagai tarikan napas seluruh peserta Jalan Santai, sebagai simbol masyarakat di bawah panji jihad untuk menjaga NKRI.
Peringatan Hari Santri Nasional di Gedung Grahadi tahun ini tidak hanya menjadi momen bersejarah, tetapi juga sebuah momentum untuk menguatkan persatuan dan semangat kebangsaan. Semoga semangat jihad santri terus membara dan mewarnai perjalanan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Semoga Indonesia selalu bersatu dan berjaya!