Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 24 orang teroris yang merupakan pendukung dari kelompok radikal, mereka melakukan Idad atau latihan persiapan serangan dan bahkan mereka juga telah mengucap sumpah setia atau baiat kepada pimpinan terorisme.
Pendiri NII Crisis Center yang juga merupakan mantan aktivis kelompok radikal Ken Setiawan mengatakan bahwa bibit terorisme adalah intoleransi, merasa paling benar dan anggap orang lain salah, anti kebhinekaan.
Bila sudah intoleransi biasanya naik level menjadi radikalisme yaitu menginginkan perubahan sosial, politik dengan cara yang drastis atau keras, dalam tahap radikalisme ini biasanya sudah takfiri, menganggap yang berbeda paham adalah kafir, bahkan bukan hanya yang beda agama saja, tapi walaupun seagama tapi belum baiat atau sumpah setia pada kelompoknya maka akan di kafirkan juga. Ujar Ken.
Ken menyebut bahwa pemikiran intoleransi dan radikalisme saat ini justru muncul ditempat ibadah, tokoh tokoh yang menyampaikan juga cenderung dibiarkan.
Salah satu ujaran intoleransi yang banyak muncul ditempat ibadah dan cukup masih adalah larangan agar masyarakat jangan ikuti ulama, kyai yang mendukung pemerintah.
Banyak masjid dalam kotbahnya menyerukan agar masyarakat menjauhi ulama atau kyai yang mendukung pemerintah, ini sebuah penyesatan. Tambah Ken.
Bila negara membiarkan fenomena ini, dikhawatirkan masyarakat akan terprovokasi dan akan memunculkan sikap intoleransi dan radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme. Tutup Ken.(Ken Setiawan)