Yogyakarta – Untuk memperkenalkan batik, khususnya pada generasi muda, agar lebih mencintai. Pemprov DIY menyelenggarakan seminar jogja international batik bienalle, atau JIBB 2021. Seminar yang berlangsung mulai 25 Juni hingga 2 Oktober 2021 ini. Pemprov DIY berharap, agar generasi milenial, dapat melestarikan warisan budayanya. Dengan bangga mengenakan batik, dan memahami filosofi dari batik.
Batik, tak hanya goresan gambar di selembar kain saja. Namun, corak – corak dalam batik, memiliki sejuta makna tersendiri. Setiap coraknya pun, memiliki arti filosofi yang berbeda-beda. Yogyakarta sendiri, menyandang predikat sebagai kota batik dunia. Tentu hal ini harus lah masyarakat patut untuk berbangga. Karena respon dunia terhadap batik itu sendiri, terlebih terhadap batik indonesia sangat baik.
Untuk lebih mengenalkan batik, khususnya pada generasi milenial, atau pada generasi muda. Dinas perindustrian dan perdagangan provinsi DIY, bekerjasama dengan dewan kerajinan nasional provinsi DIY. Menyelenggarakan seminar jogja international batik bienalle, atau JIBB 2021, dengan mengangkat tema keberlanjutan batik pada generasi milenial.
Pada Oktober 2009, batik pun sudah unesco canangkan, sebagai warisan budaya dunia. Hal ini menjadikan pengakuan bernilai strategis, akan eksistensi batik.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono Sepuluh berharap, batik tak lagi menjadi fashion yang monoton, namun dapat dipadupankan untuk membuat tampilan tetap fashionable, bagi para kawula muda, tanpa menghilangkan unsur budaya.
Disamping itu, Sri Sultan mengharapkan seluruh masyarakat dapat memahami betul, terhadap filosofi corak-corak batik. Selain itu, juga dapat terinspirasi, untuk kemudian termotivasi berfikir kreatif, dan inovatif terhadap batik.
Setidaknya, saat ini ada 241 motif batik, sudah didaftarkan hak paten yang memiliki khas di masing – masing daerah, termasuk motif-motif di setiap daerah di kabupaten, kota di DIY. (nn)
