Tulungagung – Ratusan warga dari Desa Sawo, Gamping, Ngentrong, dan Gedangan, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, tampak mengikuti upacara tradisi Ulur Ulur di Telaga Buret. Dengan mengenakan pakaian khas Jawa, mereka berjalan beriringan menuju Telaga Buret, sambil membawa sesajen di atas tandu.
Sesajen tersebut kemudian mereka letakkan di hadapan dua arca, yang merupakan perwujudan dari Dewi Sri dan Joko Sedono. Keduanya dipercaya oleh masyarakat sebagai simbol kemakmuran petani. Selanjutnya, kedua arca tersebut dimandikan dan diberi hiasan berupa mahkota dari janur dan kalung ronce bunga melati.
Telaga ini menjadi satu-satunya sumber mata air yang tidak pernah kering, meski musim kemarau panjang. Airnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di empat desa tersebut. Tak sekadar menjadi tradisi, warga juga menjadikan upacara adat Ulur-Ulur ini sebagai semangat untuk terus melestarikan lingkungan. Selain melakukan penanaman pohon secara rutin, mereka juga berupaya menjaga kelestarian lingkungan.
Karsi Nero, Ketua Pokdarwis Telaga Buret, mengatakan bahwa keberadaan Telaga Buret ini sangat membantu masyarakat di empat desa tersebut, terutama saat musim kemarau datang. Aliran air yang tidak pernah berhenti membuat para petani bisa terus menanam padi dan kebutuhan air masyarakat tercukupi.