
“Di internasional, ada kekhawatiran lonjakan kasus baru lagi. Sebagai contoh di AS yang kasus hariannya melonjak. Ini bisa jadi pemicu kekhawatiran pertumbuhan AS dan menekan dolar AS,” kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Pada akhir pekan lalu, rupiah menguat seiring dengan semakin turunnya jumlah kasus harian Covid-19 di Indonesia terutama di DKI Jakarta. Pada Minggu (1/8) kemarin, terjadi penambahan 30.738 kasus baru Covid-19 di tanah air. Dengan demikian, total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 3,44 juta kasus. Jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 pun masih tinggi, yaitu bertambah 1.604 kasus sehingga totalnya mencapai 95.723 kasus. Meski demikian, sebanyak 2,81 juta orang telah petugas kesehatan nyatakan sembuh. Dengan begitu, total kasus aktif mencapai 535.135 kasus.
“Ini agak menarik karena sentimen lokal dan internasional menunjuk ke satu arah yaitu penguatan rupiah. Dari lokal ada tren penurunan kasus COVID-19 terutama di Jakarta,” ujar Nikolas. Sementara itu, dari internasional sentimen datang dari pelemahan dolar AS, akibat pertemuan The Fed yang masih mempertahankan tingkat stimulus bulanannya, serta tingkat suku bunga yang juga masih bertahan. “Sedangkan rencana pengurangan stimulus AS masih menunggu perkembangan kondisi AS, terutama dari sektor tenaga kerjanya,” ujar Nikolas.
Nikolas mengatakan rupiah hari ini akan menguat dan bergerak di kisaran Rp14.390 per dolar AS hingga Rp14.550 per dolar AS.
Pada Jumat (30/7) lalu, rupiah tertutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.463 per dolar AS daripada posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS. (antara/ca/ed: zl)