Hampir semua kelompok radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama di Indonesia ibu kandungnya adalah NII, di tambah Ideologi Transnasional HTI, Ikhwanul Muslimin, Salafi Wahabi Jihadi dan sejenisnya.
Di Indonesia kelompok radikalisme sudah masuk ke dalam semua lini masyarakat, tidak pandang sisi usia, pendidikan dan jabatan, bahkan sudah masuk infiltrasi di kalangan PNS pemerintahan yang termasuk di tubuh aparat TNI dan POLRI.
Pembentukan NII CRISIS CENTER didirikan oleh Ken Setiawan dan digawangi oleh mantan aktifis radikal dari latar belakang berbeda yang sadar dan merupakan perwujudan dari tanggung jawab moral anak bangsa karena melihat korban yang terus berjatuhan dari kalangan muda akibat perekrutan gerakan radikal.
Di lain pihak, pemerintah belum mengambil sikap jelas terhadap maraknya perekrutan gaya baru model gerakan radikal NII dan sejenisnya, justru menjadikan gerakan radikal semakin besar dan dapat merusak norma agama, norma sosial dan merongrong kedaulatan NKRI dimasa yang akan datang.
Penindakan sejauh ini masih di tataran organisasinya dan sementara orangnya, ideologi dan pahamnya ketika di ganti nama mereka masih bisa kembali menyebarkan pahamnya.
Kelompok radikal gaya baru ini cukup unik, ada yang anti demokrasi tapi di sisi lain juga menggunakan demokrasi sebagai celah untuk masuk ke masyarakat lewat ormas legal dan kegiatan seolah olah membantu masyarakat. Sehingga masyarakat banyak tertipu dengan propagandanya, bahkan dengan model sumbangan lewat yayasan dan kotak amal akhirnya mencoreng nama organisasi yang betul betul membantu menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat.
Walapun sebatas radikal pemikiran alias belum melakukan tindakan teroris, namun aksi mereka sangat berbahaya karena setiap mengajarkan kebencian terhadap orang diluar kelompok, kepada pemerintah, aparat dan menganggap pancasila sebagai thaghut (berhala yang dalam doktrin mereka harus di tolak) harus di ingkari dan di tinggalkan.
Ini sangat berbahaya sebab gerakan mereka cukup masif sementara itu kegiatan pencegahan masih minim sehingga banyak korban yang terus berjatuhan dari kalangan generasi muda.
Intoleransi kini sudah menjadi penyakit akut bangsa di mana pelakunya tidak mau menerima perbedaan, hanya kelompoknya yang dianggap benar dan ini menjadi pintu gerbang radikal dan terorisme.
Padahal Pancasila bagi NII Crisis Center adalah konsep pemersatu terbaik di dunia, dalam sila pertama di jelaskan bahwa Tuhan itu satu, di pertegas dengan Bhineka Tunggal Ika, Walaupun berbeda beda agama tapi kita punya Tuhan yang sama, Tuhan didunia hanya satu, hanya saja tiap agama menyebutnya asma Tuhan dengan berbeda beda dan cara berdoa ibadahnya pun berbeda beda.
Di sempurnakan dengan Tan Hana Dharma Mangrwa artinya tidak ada kerancauan dalam kebenaran, semua agama bicara tentang cinta dan kasih, yang salah adalah ada oknum di masing masing agama yang memanipulasi kitab suci sehingga seolah agama itu radikal.
Umat Islam meyakini ajarannya yang paling sempurna, tapi umat Islam juga mengimani kebenaran semua para nabi dan rasul beserta kitab suci yang diturunkan sebelum Nabi Muhammmad, boleh berbeda yang penting jangan saling menyalahkan karena sejatinya perbedaan itu diciptakan untuk saling mengenal dan saling melengkapi satu sama lain.
Silahkan di tanyakan kepada masing masing penganut agama, ada berapa Tuhan Semesta alam yang menciptakan alam semesta? pasti jawabannya Tuhan kita Satu tetapi pribadi Tuhan atau sifat atau asma bisa lebih dari satu. Seperti sila pertama dalam dalam Pancasila yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Hanya Satu.
Inilah yang di namakan Lakum dinukum waliyadin (bagiku agamaku dan bagimu agamamu), kita boleh berbeda cara beribadah dan berdoa kepada Tuhan, tetapi satu hal yang harus kita yakini bahwa Tuhan di dunia hanya satu, jika kita menganggap lebih dari 1 berarti kita telah menduakan Tuhan atau menyekutuhan Tuhan.
Mari kita berlomba lomba dalam ibadah kepada Tuhan dan berlomba lomba berbuat baik kepada sesama, karena sejatinya sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang di sekitarnya.
VISI DAN MISI NCC
Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang aman dan damai tanpa ideologi radikalisme berbasis agama serta aliran sesat.
Misi
Memperkuat dan membangun solidaritas terhadap nasib anak bangsa agar tidak terpengaruh oleh aliran sesat yang dilakukan oleh gerakan radikal.
Saling memupuk pengertian dan kerja sama antar sesama lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya penanggulangan aliran sesat yang ada di Indonesia khususnya yang dilakukan oleh NII.
PERMASALAHAN
Lemahnya sosisalisasi di masyarakat tentang isu radikalisme dan minimnya akses informasi tentang gerakan radikal di masyarakat.
Minimnya tindakan pencegahan dari instansi terkait dalam mengantisipasi meluasnya gerakan radikal yang berbasis agama.
Mobilitas kegiatan aktifis gerakan radikal sangat tinggi, sehingga jatuhnya korban yang tiada henti dari kalangan masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa.
TUJUAN
Mensosialisasikan kepada Tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat umum dan mahasiswa serta pelajar khususnya, untuk mengantisipasi akan bahaya radikalisme yang kini masuk ke kalangan pendidikan, sekolah, kampus dan ormas.
Membuat sanggahan atas ideologi yang di ajarkan gerakan radikal.
Membentuk kesepahaman pikir dan tindak di kalangan masyarakat, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa untuk mengantisipasi radikalisme dan merehabilitasi para korban gerakan radikal agar mampu kembali ke masyarakat.
REKOMENDASI
Mendorong Negara untuk segera menerbitkan Undang Undang yang melarang semua paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Sertifikasi penceramah agama, supaya orasi orasi keagamaan di masyarakat menyejukan dan mendamaikan, agar Indonesia aman dan damai.
Website : www.niicrisiscenter.com
Hotline NII Crisis Center
WhatsApp : 0898-5151-228
Mari yang waras jangan diam, kita bergerak bersama dengan bersatu melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme. (*)