
TULUNGAGUNG – Di Desa Sebalor, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, terdapat seorang ibu hebat bernama Endang. Ia bukan hanya seorang ibu rumah tangga biasa, tetapi juga seorang pengrajin handal yang mahir menganyam bambu menjadi karya seni yang bernama “Reyeh” atau keranjang pindang ikan tongkol.
Setiap hari, Endang dengan penuh keahlian menganyam bambu yang telah terpotong kecil. Reyeh yang dihasilkan disebut juga sebagai “besek pindang ikan” oleh warga sekitar. Ini bukan sekadar hobi, tapi sudah menjadi kegiatan rutin bagi Endang, terutama setelah selesai bekerja di sawah.
Berbicara tentang karya seninya, Endang mengungkapkan bahwa hampir di setiap rumah di Desa Sebalor ada warga yang menguasai teknik menganyam seperti dirinya. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat desa yang terampil dalam membuat besek pindang ikan.
Endang menceritakan betapa mudahnya membuat reyeh atau besek ikan pindang. Awalnya, bambu dipotong menjadi empat bagian dengan ukuran yang bervariasi. Setelah itu, bambu diiris tipis-tipis dan dikeringkan melalui proses penjemuran. Proses selanjutnya adalah ngencek, yaitu proses menganyam bambu, dan tahap akhirnya disebut nam, di mana dinding besek ditutup dengan bambu ukuran panjang. Agar tampak rapi, bagian atas reyeh dipotong dengan gunting.
Dalam hal pemasaran, Endang tidak merasa kesulitan karena hasil karyanya selalu diminati oleh pedagang ikan di Pasar Bandung. Menariknya, Bandung dikenal sebagai pusat penjualan ikan, sehingga keterampilan Endang dalam membuat besek ikan pindang selalu dicari oleh para pedagang. Dengan semangat pantang menyerah, Endang mampu menghasilkan ribuan besek ikan pindang setiap harinya.
Endang menjelaskan bahwa ia menjual besek ikan pindang dengan harga 250 rupiah per bijinya. Namun, yang lebih menarik, ia juga menjual perikat yang berisi 1000 reyah besek pindang ikan. Dengan harga yang terjangkau, karyanya menjadi favorit di pasar dan membuatnya menjadi salah satu pengrajin yang sukses di Desa Sebalor.
Kisah Endang memberikan inspirasi bahwa melalui keterampilan dan kerja keras, seseorang dapat menciptakan karya yang tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga memberikan kebanggaan bagi komunitasnya. Semoga kisah sukses Endang dapat menginspirasi generasi muda untuk melestarikan tradisi dan seni menganyam bambu di desa mereka.