Melihat Lebih Dekat Masjid Bawah Tanah Banyuwangi

1112
Halaman Masjid Sidratul Muntaha Di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi,

BANYUWANGI, JAWA TIMUR — Di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, sebuah keunikan tak terduga terletak di balik perumahan padat penduduk. Masjid Sidratul Muntaha, yang lebih dikenal sebagai Masjid Bawah Tanah, menjadi daya tarik bagi masyarakat hingga pelosok Nusantara. Di sini, kami mengulas lebih dekat fenomena Masjid Bawah Tanah Banyuwangi.

Apa yang terjadi jika sebuah masjid dibangun di bawah tanah dekat perumahan padat penduduk? Hal seperti itu hanya bisa ditemui di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Keindahan dan kesejukan saat melaksanakan ibadah salat di masjid ini menjadi magnet bagi masyarakat, bahkan ulama sekaliber almarhum Kyai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Moen pernah beribadah di sini.

Kesan unik muncul begitu langkah pertama menginjakkan kaki di depan pintu masuk Masjid Sidratul Muntaqa atau Masjid Bawah Tanah. Lorong menuju ruang utama masjid menyuguhkan suasana sejuk khas lorong bawah tanah, memberikan pengalaman unik bagi para pengunjung.

Tak seperti masjid pada umumnya, kesan mendalam terasa begitu mata memandang barisan ornamen batuan kali yang menjadi dinding masjid. Sekitar 60 pilar penyokong menjulang sebagai tulang punggung atap beton masjid ini.

Awalnya, warga sekitar mengira bangunan ini akan menjadi pusat perbelanjaan karena proses pembangunannya yang dimulai pada 2018. Namun, Masjid Bawah Tanah, yang dibangun secara mandiri dengan biaya mencapai 4 miliar rupiah, ternyata menjadi kebanggaan Desa Karangharjo.

Muhammad Taufan, pemilik dan inisiator di balik megahnya masjid ini, menjelaskan bahwa selama proses pembangunan, sekitar 20 pekerja bangunan dikerahkan. Menariknya, masjid ini sejajar dengan aliran sungai di dusun setempat, menciptakan kesan sejuk yang lebih mendalam.

Sejak diresmikan pada 2021, ratusan jamaah memadati masjid setiap harinya, datang tidak hanya dari sekitar Banyuwangi tetapi juga dari luar kota. Kyai besar sekaliber almarhum Kyai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Moen juga pernah berkunjung ke Masjid Bawah Tanah.

Tidak hanya dari segi arsitektur dan keindahan, Masjid Bawah Tanah juga menawarkan air barokah gratis. Air tersebut, menurut Taufan, telah dibacakan doa dan dilantunkan lafaz ayat suci Al Quran oleh jamaah. Diyakini membawa keberkahan, air ini menjadi nilai tambah spiritual bagi para pengunjung.

Taufan berharap ke depannya, Masjid Bawah Tanah bisa menjadi tempat jujugan masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih dari sekadar bangunan fisik, masjid ini memiliki makna filosofis sebagai tempat mengingat bahwa manusia akan kembali ke tanah.