Banyuwangi – Meski memasuki zaman digitalisasi, nguri-nguri atau melestarikan budaya peninggalan nenek moyang masih terus sebagian masyarakat Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, lakukan. Daerah tersebut berada di Pulau Jawa Ujung Timur, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Budaya atau tradisi tersebut adalah slametan.
Selamatan menjadi salah satu agenda ampir di semua kejadian, mulai dari kelahiran, kematian, khitanan, dan pernikahan, menyambut hari atau bulan tertentu. Bahkan panen padi, bersih desa, hingga membuat rumah, dan masih banyak lagi.
Pada prakteknya slametan atau lebih di kenal selamatan dilakukan dengan cara mengundang beberapa tetangga dan kerabat. Kemudian mereka berkumpul dan melakukan doa bersama. Di akhiri dengan makan bersama dan membawa berkat (bingkisan makanan) untuk di bawa pulang.
Seperti pagi ini paguyuban perkumpulan petani pemakai air (P3A) di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, sedang punya hajat mengawali menggali tanah untuk saluran irigasi sawah.
Seperti masyarakat umumnya. Paguyuban perkumpulan petani pemakai air (P3A) Desa Yosomulyo juga mengadakan selamatan.
Prosesi ini merupakan selamatan nduduk pondasi atau menggali pondasi. Pelaksanaan selamatan ini agar dalam menggali tanah untuk keperluan pondasi senantiasa dalam keselamatan dan kelancaran. Pagi ini acara terpimpin oleh salah seorang tokoh atau sesepuh di mulai dari sambutan dan penjelasan maksud diadakannya selamatan kemudian berlanjut menghadap tumpeng beringkung dan lauk pauk lainnya serta prosesi pembacaan surat pendek Al Qur’an bersama – sama dengan penuh kekhusyukan.
Hadir juga Kepala Desa Yosomulyo Drs. Joko Utomo Purniawan menyampaikan tujuan utama dari selamatan ini adalah berharap kegiatan P3100A (perkumpulan petani pemakai air) dalam memondasi saluran irigasi sawah agar mendapat keselamatan dan perlindungan dari tuhan semesta alam dan hasilnya bisa bermanfaat bagi petani. Sehingga ada peningkatan hasil pertanian. Selamatan juga merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (aw)