SITUBONDO – Diduga Teraliri Limbah Pabrik Gula Puluhan Hektar Tanaman Tebu Petani Rusak
Di tengah target swasembada gula sejumlah petani di dua desa Kabupaten Situbondo mengamuk mencabuti tanaman tebu yang tiba tiba mati mendadak saat hendak panen. Para petani menuding limbah berbahan kimia yang dibuang pabrik gula setempat menjadi pemicu, karena masuk ke aliran irigasi.
kekecewaan petani tebu di Desa Wringin Anom Kecamatan Asembagus dikarenakan Lahan tebu yang siap panen satu bulan lagi ini tiba tiba mati mengering setelah teraliri air irigasi yang bercampur limbah.
Ia pun mencabuti sejumlah tanaman tebu yang mengering dan mendapati akarnya busuk. Kekecewaan serupa juga dialami para petani tebu di desa gudang, puluhan hektar lahan tebu siap panen mati mengering seperti terbakar.
Daunya menguning kering dan tunas tunas barunya langsung mati. Bahkan rumput yang berada dalam petak lahan tebu ini mengering seperti disiram cairan kimia pembunuh rumput.
Para petani menuding kematian tanaman tebu mereka ini akibat luapan limbah pabrik gula asembagus yang dibuang ke aliran irigasi petani setiap malam hari.
Warna air menjadi pekat dan kuning dan bau menyengat busuk khas limbah pabrik gula. Bahkan petani menyebut air yang mengalir panas seperti soda api yang langsung membuat tanaman mati. Kondisi tebu pun sangat berbeda antara yang terkena aliran air limbah dengan yang sumur bor dalam dua petak berbeda. Satu petak air bor pengairanya kondisinya masih hijau dan subur, sementara yang teraliri air limbah menguning dan kering.
Kondisi ini membuat petani merugi karena gagal panen. Meski mengaku sempat mengadu pada pabrik namun belum ada tindakan serius dari pabrik. Padahal akibat kerusakan ini hasil panen mereka turun hingga 40 persen jika masih bisa dipanen.
Sementara itu, pihak pabrik gula asembagus hingga kini belum memberikan keterangan resmi. Namun, dari petugas juru air menyebut apbrik gula mengakui adanya luberan air injeksi pendingin mesin giling tebu yang memang bersuhu di atas 35 derajat. Kejadian ini diakui petani terjadi setiap tahun saat musim giling tiba. Namun tahun ini lebih parah karena jumlah luasan mencapai dua desa dan berdampak hingga radius 3 kilometer.