Sejarah Station Radio yang di Bom

375

Sejarah Station Radio yang di Bom

Bandung – Gunung Puntang yang berada di area pegunungan Malabar memiliki kecantikan alam khas Parahyangan. Wana wisata antara hutan pinus dan aliran Sungai Cigeureuh sangat bersih menjadikan kawasan ini kerap terkunjungi wisatawan. Wisatawan baik yang hanya sekadar jalan-jalan maupun yang bermalam. Kawasan ini memiliki area berkemah dengan fasilitas air cukup melimpah dan warung-warung makan yang buka semalaman. Dari sini juga daerah asal kopi Puntang yang yang terkenal.

Namun tak banyak orang tahu bahwa di lembah Gunung Puntang di Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pernah berdiri stasiun radio dengan 2 ARC Transmitter paling kuat yang pernah terbuat di dunia pada tahun 1917. Berkekuatan 2.4  Mega Watt, dan resmi pada tahun 1923. Saat itulah untuk pertama kali terjadi komunikasi nirkabel antara Bandung (Hindia Belanda saat itu) dan negeri Belanda yang terpaut jarak 12.000 kilometer.

Kawat antenanya membentang sepanjang dua kilometer antara Gunung Halimun dan Gunung Puntang. Kejayaan Stasiun Radio Malabar berakhir pada tahun 1946 bertepatan dengan peristiwa Bandung Lautan Api. Para petugas yang menjaga stasiun radio itu sendirilah yang menerima perintah untuk menghancurkan fasilitas tersebut. Informasi ini sesuai dengan apa yang Hidayat tuturkan, warga kampung yang menceritakan kisah yang ia dengar dari bekas pegawai Stasiun Malabar dulu saat ia kecil. Informasi lain menyebutkan kawasan ini di bom oleh Jepang saat pasukan Jepang menginvasi Hindia Belanda. Kini, stasiun radio pertama dan terbesar di Asia tersebut hanya bisa terlihat reruntuhannya, termasuk kolam renang berbentuk mirip hati yang dulu tepat berada di depan gedung utama Stasiun Radio Malabar.