Sidoarjo – Suara keadilan dan solidaritas menggema di Kabupaten Sidoarjo saat ratusan warga Madura yang tergabung dalam Madura Asli (MADAS) menggelar aksi damai. Dengan semangat yang tak tergoyahkan, mereka datang dengan pikup dan berjalan kaki untuk mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap insiden arogansi yang dilakukan oleh oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sidoarjo. Aksi tersebut juga mengusung berbagai tuntutan penting terkait tempat jualan serta penegakan keadilan.
Peristiwa ini bermula dari insiden penertiban relokasi tempat jualan di Pasar Larangan Sidoarjo, di mana salah satu pedagang kaki lima dan anggota MADAS dilaporkan mengalami perlakuan yang menyakitkan dari oknum Satpol PP. Warga Madura yang telah merasakan sentuhan arogansi tersebut merasa perlu untuk bersatu dan mengambil tindakan positif guna menegakkan hak-hak mereka.
Dalam aksi damai tersebut, ratusan warga Madura membawa berbagai poster dan spanduk yang memuat tuntutan mereka terkait tempat jualan serta desakan agar kasus arogansi yang terjadi dapat diusut tuntas. Suara tuntutan itu disuarakan dengan penuh semangat, seiring dengan kepercayaan yang menggebu-gebu pada proses hukum dan peradilan yang adil.
Selain menghadirkan tuntutan yang kuat, aksi ini juga mencerminkan kepedulian warga Madura terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan tekad untuk menjaga kedamaian, warga Madura menjunjung tinggi nilai-nilai solidaritas dan menghindari segala bentuk tindakan kekerasan.
“Kami ingin menyuarakan aspirasi kami dengan damai dan beradab. Kami percaya pada keadilan dan proses hukum yang objektif. Semua warga Madura yang tergabung dalam MADAS ingin mengajak masyarakat luas untuk menyuarakan hak-hak kita secara damai dan bijaksana,” ungkap Berlian, Ketua Umum MADAS.
Aksi damai ini juga menjadi panggung bagi kepercayaan warga Madura pada proses demokrasi yang ada. Perwakilan dari para pendemo berencana untuk bertemu dengan Bupati Sidoarjo untuk menyampaikan aspirasi mereka secara langsung. Meskipun demikian, aksi orasi dan tuntutan tetap berlanjut di depan Kantor Bupati, sebagai bentuk peringatan akan kepedulian dan semangat kebersamaan warga Madura.
Di tengah semangat tuntutan, warga Madura juga mempertanyakan transparansi mengenai uang retribusi yang selama 15 tahun telah dibayarkan oleh para pedagang kaki lima di Pasar Larangan. Kepercayaan mereka terhadap tata kelola keuangan publik mendorong mereka untuk memastikan bahwa uang tersebut digunakan dengan benar dan bermanfaat.
Tentu saja, ketika berbicara mengenai insiden ini, ada harapan besar bahwa pihak berwenang akan bertindak cepat dan profesional. Setiap warga Madura yang terlibat dalam aksi damai ini berharap bahwa masalah tersebut akan diselesaikan dengan bijaksana, adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi yang kita anut.
Momentum solidaritas warga Madura di Kabupaten Sidoarjo ini mengingatkan kita bahwa semangat kebersamaan dan kepercayaan pada proses hukum yang adil adalah fondasi penting bagi sebuah masyarakat yang inklusif dan harmonis. Dalam suasana yang penuh harapan ini, kita melangkah maju, dengan keyakinan bahwa suara tuntutan warga Madura dan semangat keadilan akan dihargai dan didengar.