JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdatul Ulama (Munas Konbes NU) tahun 2023 di Pondok Pesantren Al Hamid, Cilangkap, Jakarta.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengawali dengan mengutip lirik lagu “Syubbanul Wathan”, yang berbunyi “Indonesia negeriku, engkau panji martabatku, siapa datang mengancammu, ‘kan binasa di bawah durimu.” Menurutnya, lirik ini mencerminkan komitmen kuat Nahdatul Ulama (NU) dalam menjaga Indonesia, Pancasila, NKRI, toleransi, serta persatuan dan kerukunan.
Presiden juga menyoroti kekuatan luar biasa NU, dengan jumlah anggota yang sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di berbagai negara. Kekuatan ini, menurutnya, perlu dikonsolidasi dan diorganisasi dengan baik, serta terus meningkatkan kualitasnya. Ini tidak hanya dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan, teknologi, profesionalisme, dan dunia bisnis. Digitalisasi dianggap sebagai pintu masuk untuk mengkonsolidasikan kekuatan NU, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pemerintah menyambut baik inisiatif Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dalam membentuk Gerakan Keluarga Maslahat Nahdatul Ulama (GKMNU). Ini dianggap sangat penting untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia, terutama para Nahdliyin di tingkat grassroot atau akar rumput.
Namun, selain itu, Presiden juga mencatat banyaknya Nahdliyin muda yang berperan di tingkat global. Mereka yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, belajar ilmu pengetahuan baru, teknologi baru, bahkan mata pelajaran seperti Artificial Intelligence dan Precision Medicine. Mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dan ilmu pengetahuan masa depan, tanpa kehilangan identitas sebagai seorang Muslim dan Nahdliyin.
Sambutan Presiden Jokowi ini disambut dengan antusiasme oleh para pemimpin NU, termasuk KH. Miftachul Akhyar selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan KH. Yahya Cholil Staquf selaku Ketua Umum PBNU.
Munas Konbes NU 2023 menjadi momen penting bagi NU untuk mengkonsolidasikan kekuatannya, baik di dalam negeri maupun di tingkat global, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan tradisi Nahdatul Ulama yang telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia.