BANYUWANGI – Pasangan suami istri (pasutri) penyandang disabilitas asal Dusun Curahketangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng, ini mungkin banyak yang tidak mengetahui dengan kondisinya. Pasangan pasutri bernama Cahyo Nurogo dan Susi Astuti ini sama-sama berjuang dalam keterbatasan mereka agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Saat jurnalis Madu TV Banyuwangi mengunjungi kediaman sederhananya di dusun setempat, terlihat dua kendaraan yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga terpakir rapi di teras rumah. Kendaraan roda tiga ini menjadi satu-satunya kendaraan Cahyo untuk mengais rezeki demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Keseharian Cahyo, yakni berjualan keliling bawang merah dan bawang putih. Selain berkeliling di lingkungan rumah, Cahyo juga berjualan hingga ke Kecamatan Gambiran. Selain itu, ia juga menjadi tukang servis panggilan elektronik. Bahkan pelanggan servisnya hingga Siliragung. Sedangkan Susi Astuti berprofesi menjadi buruh pembuat tas anyaman plastik.
Cahyo dan Susi berumah tangga sejak tahun 2020. Mereka dipertemukan dari event tahunan penyandang disabilitas yang rutin digelar pada 3 Desember di Jogja yang keduanya kemudian bertukar media sosial dan akhirnya memutuskan menikah dua tahun lalu.
Cahyo telahir dengan tangan kiri yang tidak sempurna, kelima jarinya menyatu dengan besar dan panjang lengan yang tidak normal. Sedangkan untuk kaki, Cahyo hanya memiliki satu kaki, yakni sebalah kanan. Itu pun dengan kondisi yang juga tidak sempurna.
Tidak hanya itu, kondisi pendengaran Cahyo juga terganggu, sehingga sulit diajak komunikasi setelah mengalami kecelakaan motor pada 2018 lalu. Ia juga kerap menderita penyakit lambung dan saat ini tengah dalam masa pengobatan penyakit paru-paru.
Sementara Susi yang lahir di Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, ini awalnya merupakan bocah yang terlahir secara normal. Ia mengaku masih sempat bisa jalan di usia dua tahun. Hanya saja penyakit polio mengakibatkan kedua kakinya tidak berkembang dengan baik sehingga dirinya mengandalkan kursi roda untuk beraktifitas.
Mereka berdua tinggal satu rumah dengan Tumini, orang tua dari Cahyo Nurogo yang juga keadaanya sering sakit-sakitan. Keluarga mereka ini termasuk keluarga kurang mampu yang sudah tercatat sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) meskipun tidak banyak, namun sedikit membantu kebutuhan mereka.