Batam – Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sei Temiang kerap jadi langganan banjir. Saat hujan turun, maka kuburan yang posisinya berada di daerah dataran akan tenggelam. Seluruh liang kubur akan tenggelam yang tampak hanyalah batu nisan. Peristiwa ini terjadi sudah bertahun-tahun. Apalagi TPU yang liang kuburnya dikhususkan untuk pemakaman jenazah Covid-19 itu.
Ada ratusan kuburan berjejer rapi di lokasi itu. Namun peristiwa makam tenggelam banjir membuat hati dan perasaan keluarga korban (Alm) kerap tersayat. Bukan tanpa alasan, beberapa warga yang liang kuburan keluarganya tenggelam kerap merasa resah dengan kondisi tersebut.
Di lokasi dataran rendah ada dua pemuda yang tengah berjibaku menata ulang kuburan. Mereka, warga Toraja Asal Sulawesi Selatan, Natan (26) tahun bersama sang adik. Kedua pemuda ini datang ke Batam untuk memperbaiki liang kubur sang ayah yang dimakamkan secara Covid-19 di Batam. Ayah mereka merupakan seorang pelaut yang dua bulan lalu dimakamkan di Batam.
Saat itu, ayahnya menjalani perawatan rumah sakit di Batam. Di wajah Natan terlihat raut keheningan menatap kuburan sang ayah. Sebenarnya natan tidak tengah melihat rumah terakhir sang ayahnya yang tenggelam banjir. Namun, ia tak bisa berbuat banyak lantaran satu komplek TPU kawasan khusus Covid-19 Agama Kristen merupakan daratan rendah.
Melihat kondisi liang kubur sang ayah yang sering tenggelam banjir, Natan pun berupaya memperbaikinya dengan memasangi batu bata dan menambah coran semen pasir ke sekeliling makam. Dengan dibantu sang adik, kedua putra Alm Yulius Tayo ini tampak berjibaku mengaduk semen. Ada yang mengangkat pasir, merapikan pinggiran liang dan menyusun batu bata. Satu persatu pekerjaan itu dilakukan mereka sepanjang hari. Kondisi air berlumpur yang ada disekeliling liang kubur tak menyurutkan semangat dua pemuda ini.(red)