KEDIRI – Wayang Mbah Gandrung, Wayang Legendaris Asli Kediri Dengan Nuansa Mistis

KEDIRI – Wayang Mbah Gandrung, Wayang Legendaris Asli Kediri Dengan Nuansa Mistis

Pemirsa salah satu kebudayaan asli Kabupaten Kediri yang sangat melegendaris Wayang Mbah Gandrung . Pagelaran wayang ini dilakukan hanya untuk moment momen sakral dan tidak sembarang dipertunjukkan setiap saat di hadapan publik.

Setelah sekian lama, akhirnya Wayang Mbah Gandrung asli desa Pagung Kabupaten Kediri kembali pentas. Kali ini di peetunjukkan di dekat balai desa pagung dalam rangka ruwatan salah seorang anak yang baru sembuh dari sakit. Pementasan berlangsung terbatas hanya disaksikan beberapa orang karena masih dalam proses pandemi covid 19.

Wayang Mbah Gandrung kali ini dipentaskan oleh dalang generasi ke 9 bernama Mbah Akad. Pagelaran kali ini dugelar cukup sederhana karena sebagai syarat atau nazar seseorang.

Dalam pementasan yang berlangsung sekitar kurang lebih 1 jam kali ini mengambil lakon dewi sekartaji untuk mengangkat derajaat kabupaten kediri yang merupakan permintaan dari pemilik hajat.

Perbedaan pagelaran wayang mbah gandrung dengan wayang kulit pada umumnya sebelum dan sesudah pertunjukan dilakukan hajatan kirim doa dengan berbagai sajian khas budaya jawa, seperti cok bakal, jambe suruh, serta tumpeng genep yang keseluruhannya berjumlah 25 ubo rampe.

Sepanjang pagelaran suasana mistis nampak melekat erat, hanya ada 4 alat musik pengiring mulai dari gambang bambu yang ditancapkan dibatang pisang, gong, kendang dan juga rebab, serta asap dari kemeyan agar suasana lebih sakral . Suasana hening terasa ketika 5 wayang utama dikeluarkan dari sebuh peti kuno. Kelima wayang ini merupakan wayang inti dan hanya boleh dimainkan sesaat.

Menurut pengamat budaya, wayang mbah gandrung merupakan wayang yang unik karena berasal dari bongkahan kayu jati yang hanyut saat banjir bandang menerpa desa pagung pada abad ke 17. Kemudian seseorang membelah kayu tersebut dan didalamnya terdapat 5 buah wayang yang dua diantaranya merupakan sepasang dan akhirnya diberi nama gandrung yang mempunyai arti sepasang zat yang saling mencintai.

Sementara menurut dalang wayang pertunjukkan Wayang Mbah Gandrung hanya dimainkan jika ada permintaan orang yang mempunyai hajat atau bisa dimainkan saat bulan suro atau bulan muharam dalam kalender jawa.

Uniknya saat mengusung peti wayang mbah gandrung dan alat musik pengiring pagelaran seberapa jauh lokasi pertunjukkan wayang harus di pikul dengan cara jalan kaki. Mitosnya kalau dipikul, kendaraan yang mangangkutnya  akan mengalami mogok mesin mati.