Jelang 1 Suro, Warga Sidoarjo Cuci Keris dan Benda Pusaka Sebagai Bentuk Pembersihan Diri

535

Sidoarjo – Menyambut Datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram, seorang warga di Kawasan Perum Gebang Raya menggelar tradisi jamasan, atau mencuci keris dan benda pusaka di rumahnya, sebagai upaya membersihkan diri dari segala dosa.

Lebih dari 40 benda pusaka seperti keris dan tombak dicuci dengan menggunakan air kembang setaman yang dicampur dengan jeruk nipis. Meski tradisi cuci keris dan benda pusaka jelang 1 Muharram ini digunakan sebagai simbol pembersihan diri, namun realitanya, cuci keris ini juga bisa membersihkan benda logam dari berbagai kerak dan kotoran yang menempel pada logam tersebut.

Muhammad Wildan, seorang warga, mengungkapkan bahwa yang menarik dari berbagai benda pusaka yang dimiliki adalah salah satu benda pusaka bahkan merupakan peninggalan dari tahun 280 Masehi, yaitu berupa pusaka Katga. Meskipun sudah mulai rapuh di berbagai sisinya, menurut Muhammad Wildan, pusaka ini memiliki nilai sentimental yang tinggi baginya.

Tradisi jamasan atau mencuci keris dan benda pusaka ini tidak hanya memberikan makna religius sebagai upaya membersihkan diri dari dosa, tetapi juga menjadi momen yang sarat dengan nilai historis dan budaya. Melalui proses pembersihan ini, warga di Kawasan Perum Gebang Raya memperkuat ikatan dengan warisan nenek moyang mereka, menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang turun-temurun.

Semangat tradisi ini tercermin dari kepedulian warga dalam menjaga dan merawat benda pusaka yang dimiliki. Meskipun berbagai benda pusaka tersebut telah tua dan rentan, mereka tetap memberikan nilai kebanggaan dan identitas bagi pemiliknya. Dengan mencuci keris dan benda pusaka, warga menghormati warisan budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Tradisi ini juga mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan di masyarakat. Warga saling membantu dalam proses cuci keris dan benda pusaka, sehingga terjalinlah ikatan kekeluargaan yang erat. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan memperkuat hubungan sosial di tengah dinamika perkotaan yang terus berkembang.

Seiring dengan menjelang Tahun Baru Islam 1 Muharram, tradisi jamasan ini memberikan semangat positif bagi warga Kawasan Perum Gebang Raya. Mereka merayakan momen ini dengan penuh kegembiraan, semangat persaudaraan, dan harapan baru untuk masa depan yang lebih baik. Dengan menjaga dan merawat benda pusaka, mereka juga mengenang jasa para leluhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas daerah mereka.

Dengan penuh optimisme, tradisi jamasan menjelang 1 Muharram ini menjadi momentum yang berharga dalam menguatkan identitas, kebersamaan, dan kepedulian terhadap warisan budaya di Kawasan Perum Gebang Raya. Semoga semangat ini terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam menjaga dan menghormati warisan nenek moyang serta memperkaya kehidupan bermasyarakat yang harmonis.