Surabaya – Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I Raymond Valiant Ruritan mengingatkan masyarakat agar tidak kaget jika nantinya ada perubahan kualitas air sungai di Kali Surabaya jelang musim hujan yang diperkirakan datang lebih awal.
“Kualitas air sungai di musim hujan tidak semakin baik tetapi semakin jelek karena limbah di pemukiman masuk sungai. Sebagian besar memang limbah rumah tangga seperti popok, plastik dan lain sebagainya,” ujar Raymond melalui keterangannya yang diterima di Surabaya, Kamis.
Penurunan kualitas air sungai tersebut biasanya ditandai dengan penurunan kadar oksigen terlarut dalam air. Menurutnya, standar oksigen terlarut dalam air mencapai 2 hingga 4 miligram per liter agar air bisa masuk pada golongan yang bisa diolah kembali.
Biasanya, jika oksigen turun di bawah 2 miligram per liter, maka akan terjadi fenomena ikan mabuk.
“Kalau terjadi ikan mabuk, di manapun itu, tolong hubungi kami. Itu biasanya karena penurunan oksigen. Tetapi kalau ada bau atau warnanya berubah, berarti ada yang membuang limbah. Ini kemarin sempat terjadi di Bengawan Solo. Air sungai menjadi cokelat tua. Ternyata ada industri alkohol yang membuang limbah ke sungai,” ungkapnya.
Menurut Raymond, jumlah sampah yang ada di sepanjang Kali Surabaya terus bertambah. Saat ini, ada sekitar berkisar 400 ton sampah basah per Minggu yang bisa diangkat dari Kali Surabaya.
Volume sampah tersebut akan kian tinggi di saat tertentu seperti musim penghujan. Sebagian besar sampah padat seperti plastik.
“Dari pengamatan kami, jenis sampah semakin banyak. Kalau dulu di hulu itu 30 persen adalah sampah anorganik, sekarang naik menjadi 40 persen seperti plastik kaca dan berbagai material yang tidak bisa diuraikan,” ujarnya.
Menurutnya hal ini diakibatkan oleh perubahan pola hidup masyarakat, utamanya di masa pandemi. “Banyak orang yang tinggal di rumah sebenarnya mengakibatkan kenaikan jumlah sampah rumah tangga. Untuk itu kami mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai,” ujarnya.
Agar tidak terjadi banjir, BUMN pengelola sumber daya air itu juga telah menyiapkan tiga unit eskavator apung untuk melakukan pengambilan sedimen dan sampah dari sungai sepanjang musim hujan.
“Kami akan lakukan pengambilan sedimen di sungai dari Wringin Anom hingga Gubeng. Kami juga akan imbau, minta tolong kepada pemerintah kabupaten kota untuk urusi sampai karena sampah sebenarnya tanggung jawab pemkab atau pemkot,” ucapnya.
Selain itu, peran masyarakat juga sangat diperlukan, diantarnya tidak membuang sampah padat di sungai.
Ia mengungkapkan, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai masih cukup rendah. Ada sekitar 20 titik pembuangan sampah di sepanjang aliran Kali Surabaya dari Driyorejo Gresik hingga Gunungsari Surabaya.
“Kami mengimbau kepada masyarakat dimana pun ketika membuang sampah hendaknya dibuang di tempat yang disediakan. Karena buntunya gorong-gorong banyak diakibatkan sampah. Di sisi lain, tempat pembuangan sampah juga kadang banyak yang dibangun di sisi sungai sehingga di hujan, sampah akan meluber hingga masuk sungai,” tutur Raymond.(*)