Jakarta – Ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat berpotensi terus berkembang. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti, mengungkapkan sejumlah produk udang yang memiliki pangsa besar. Tren meningkat di negeri Paman Sam antara lain, shrimp warm-water peeled frozen (udang kupas beku), shrimp breaded frozen (udang tepung beku). Selain itu, shrimp warm-water shell-on frozen (udang utuh beku) dari size 15/20 sampai size 51/60.
Peluang ini kian terbuka lantaran produk udang di pasar AS sudah tidak terjerat tarif bea masuk bagi semua negara eksportir. Dengan demikian, sudah tidak menjadi penghalang dalam ekspor udang ke AS.
Guna mendorong peningkatan ekspor, Artati menyoroti tidak hanya peningkatan produksi. Akan tetapi, juga adanya efisiensi dan inovasi produksi (hulu-hilir) dan distribusi agar menghasilkan produk udang yang berdaya bersaing. Sehingga, tidak hanya harga udang Indonesia yang lebih kompetitif. Tetapi sekaligus menciptakan citra produk yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara kompetitor.
“Untuk itu, pemenuhan kepatuhan sesuai persyaratan negara tujuan ekspor, baik persyaratan dari pemerintah maupun persyaratan khusus dari importir (buyers) patut kita penuhi,” urai Artati.
Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, pada bulan April 2021, nilai impor udang AS mencapai USD 514,2 juta. Meningkat sebesar 17% daripada April 2020. Dari sisi volume, impor udang AS pada April 2021 sebesar 61,1 ribu ton atau meningkat sebesar 18,2% daripada dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara udang yang berasal dari Indonesia sejak Januari-April 2021 sebesar USD503,8 juta (24,1%) dengan volume 58,0 ribu ton (23,5%).
Senada dengan Artati, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud menjelaskan bahwa berdasarkan data tersebut terlihat adanya tren positif pertumbuhan permintaan udang di pasar AS. Yang tentu, ini menjadi peluang bagi Indonesia sebagai salah satu produsen utama udang dunia untuk mengisi pasar tersebut.
Di saat bersamaan, Machmud menerangkan juga adanya tren penurunan ekspor udang India sebagai pemasok terbesar ke pasar AS. Dalam kurun waktu Januari-April 2021, tren penurunan udang dari India ke AS mencapai 5,9% menurut nilai dan 6,0% menurut volume. Artinya turun sekitar USD 46,3 juta (5,5 ribu ton) daripada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peluang. Khususnya bagi negara produsen udang dunia lainnya (termasuk Indonesia) untuk mengisi pasar udang di AS,” tegas Machmud.
Tak hanya itu, produk utama India seperti shrimp warm-water shell-on frozen (udang utuh beku) size 21/25 juga mengalami tren penurunan sangat drastis hingga 50,2%. Sebaliknya, Indonesia mengalami tren positif dengan peningkatan sebesar 38,5%.
“Ini bisa jadi momentum untuk itu kami mendorong sekaligus mengajak pelaku usaha. Khususnya untuk meningkatkan daya saing produk udang Indonesia sekaligus merebut dan menguasai pasar AS,” tutup Artati.(*/red)