Didik dari PT MTP BWI Ngamuk di Gilimanuk, Tuding Wartawan Sebar Fitnah Soal Aspal Curah Ilegal

12

Jembrana – Suasana malam di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, mendadak memanas ketika Didik, seorang pria yang mengaku bagian Marketing PT MTP BWI, berulah terhadap tiga wartawan yang tengah menjalankan tugas jurnalistik, Senin (27/10/2025) malam.

Kejadian bermula saat para wartawan menunggu Didik untuk meminta konfirmasi terkait dugaan praktik ilegal “aspal curah kencing” yang melibatkan sejumlah sopir truk tangki pengangkut aspal milik PT MTP BWI. Namun begitu datang, Didik justru langsung menuding para wartawan telah membuat unggahan di media sosial yang dianggap merugikan perusahaan.

Dengan nada tinggi dan emosi, Didik bahkan mengancam akan melaporkan unggahan itu ke Siber Polri serta menempuh jalur hukum. Ia menuduh ketiga wartawan menyebarkan fitnah tanpa konfirmasi dan merusak nama baik perusahaannya. Padahal, ketiga wartawan itu dengan tegas menjelaskan bahwa unggahan tersebut bukan milik mereka, melainkan dari akun media sosial lain yang justru menjadi dasar mereka melakukan investigasi lapangan.

Ironisnya, hasil penelusuran para wartawan menunjukkan bahwa praktik “aspal kencing” memang benar terjadi di wilayah Bali Barat. Temuan bekas segel bertuliskan PT MTP BWI yang berserakan di sekitar lokasi kian memperkuat dugaan bahwa praktik curang tersebut melibatkan armada milik perusahaan itu.

Atas tindakan Didik yang dinilai arogan dan tidak menghormati profesi jurnalis, ketiga wartawan tersebut menuntut permintaan maaf secara terbuka dalam waktu 2×24 jam. Bila tidak dilakukan, kasus ini akan dibawa ke jalur hukum karena dianggap sebagai bentuk intimidasi dan ancaman terhadap kebebasan pers.

Insiden ini menuai sorotan dari kalangan media di Jembrana. Mereka menilai sikap Didik mencederai prinsip keterbukaan informasi publik dan menghalangi tugas jurnalistik yang dilindungi undang-undang.

“Pers bekerja untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk dijadikan sasaran kemarahan,” ujar salah satu jurnalis senior di Jembrana yang ikut menyoroti peristiwa ini. (Red/Gus)